Sedang memuat..

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Hama Permukiman : Bagian 2

01699586484.jpg

Dampak Perubahan Iklim terhadap Rayap

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa perubahan iklim mempunyai dampak signifikan terhadap berbagai spesies, termasuk hama, di berbagai belahan dunia. Misalnya, penelitian yang dilakukan Sims dan Appel pada tahun 2013 menemukan bahwa kondisi cuaca di wilayah St. Louis, AS, memengaruhi perilaku hama. Mereka melaporkan bahwa kawanan rayap terjadi secara tidak biasa di awal tahun setelah musim dingin yang sangat sejuk pada tahun 2011-2012. Musim dingin yang sejuk ini diikuti oleh musim panas yang panas dan kering, yang juga menyebabkan peningkatan jumlah rumah yang diserang oleh laba-laba pertapa coklat, yang biasanya tinggal di luar ruangan (Sims dan Appel, 2013).

Studi lain yang dilakukan Quarles pada tahun 2007 menunjukkan bahwa kenaikan suhu di AS mendukung hama di cuaca hangat seperti semut, rayap, ngengat pakaian, lalat, nyamuk, kutu, ngengat produk simpanan, kumbang penggerek kayu, dan kutu busuk (Quarles, 2007) . Selain itu, distribusi dan kelimpahan rayap terbukti berkorelasi erat dengan faktor-faktor seperti gradien curah hujan, suhu, dan kelembaban relatif (Wood dan Johnson, 1986; Cabrerra, 1994).

Pola mencari makan rayap sangat terkait dengan parameter lingkungan utama, seperti yang diamati dalam berbagai penelitian (Haagsma dan Rust, 1995; Messenger dan Su, 2005; Moura et al., 2006). Laporan mengenai spesies rayap tropis, seperti Coptotermes gestroi, yang berkembang biak di daerah subtropis dan spesies subtropis seperti Coptotermes formosanus yang berkembang ke arah utara ke daerah beriklim sedang, menggarisbawahi peran iklim dalam menentukan distribusi hama (Grace, 2006; Jenkins et al., 2002).

Di wilayah yang lebih dingin di Amerika Utara, seperti Wisconsin dan Kanada bagian selatan, populasi Reticulitermes flavipes tampaknya secara bertahap memperluas jangkauannya dan bahkan berkerumun di bawah kondisi alami di luar ruangan (Arango et al., 2014; Scaduto et al., 2012). Namun, di wilayah utara ini, koloni-koloni yang berada di pinggiran wilayah jelajahnya menunjukkan pertumbuhan koloni dan penyebaran yang lambat tanpa perlu berkerumun. Dengan meningkatnya suhu, diperkirakan jumlah kawanan sepanjang tahun dan frekuensi kawanan selama bulan-bulan dingin diperkirakan akan meningkat.

 

Dampak Perubahan Iklim terhadap Lalat Rumah

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak perhatian yang tertuju pada bagaimana kenaikan suhu global dan perubahan yang disebabkan oleh manusia menyebabkan lalat rumah memperluas habitatnya. Masalah ini telah menarik perhatian besar dalam beberapa dekade terakhir, dan para peneliti seperti Parmesan dan Yohe pada tahun 2003, Crozier pada tahun 2004, dan Karban dan Strauss pada tahun 2004 menyoroti fenomena ini. Selain itu, penelitian yang dilakukan Hickling dan rekannya pada tahun 2005 telah menambah wawasan yang berharga.

Perubahan iklim diperkirakan mempunyai dampak signifikan terhadap lalat yang berperan terhadap kesehatan masyarakat, khususnya yang terdapat di rumah kita. Berdasarkan model perubahan iklim, terdapat prediksi yang mengkhawatirkan bahwa populasi lalat rumah (Musca domestica) dan lalat terbang (Caliphora spp.) berpotensi melonjak sebesar 244% pada tahun 2080 (Goulson et al., 2005). Hal ini menggarisbawahi dampak luas perubahan iklim terhadap lingkungan dan kehidupan kita sehari-hari.

Dampak Perubahan Iklim terhadap Semut

Iklim memainkan peran penting dalam menentukan di mana semut ditemukan, seperti yang disoroti oleh Jenkins dan rekannya pada tahun 2011. Faktanya, jika menyangkut distribusi global semut invasif Argentina, Linepithema humile, kesesuaian iklim merupakan faktor yang paling berpengaruh. , seperti dicatat oleh Roura-Pascual pada tahun 2011.

Semut gila Rasberry, yang sekarang diidentifikasi sebagai Nylanderia fulva menurut Gotzek dan peneliti lainnya pada tahun 2012, menyebar ke Amerika Serikat Bagian Tenggara dan menyebar dengan cepat. Diperkirakan pada akhirnya akan mendominasi seluruh kawasan Gulf Coast, namun batas utaranya masih belum pasti. Kondisi cuaca yang terkait dengan perubahan iklim kemungkinan besar akan memainkan peran penting dalam menentukan sejauh mana spesies semut ini akan berkembang, hal ini menggarisbawahi dampak besar iklim terhadap distribusi makhluk kecil namun penting ini.

Dampak Perubahan Iklim terhadap Kutu

Selama bertahun-tahun, pengamatan ekstensif terhadap populasi kutu di Eropa telah mengungkapkan adanya perubahan penting dalam distribusi spesies penting secara medis dan kedokteran hewan. Banyak peneliti mengaitkan perubahan ini dengan perubahan pola iklim, termasuk suhu musim dingin yang lebih hangat, musim semi dan musim gugur yang berkepanjangan, serta pergeseran tutupan salju, seperti yang dibahas oleh Gliniewicz dan rekannya pada tahun 2016.

Perubahan parameter iklim ini mempunyai dampak yang lebih luas terhadap lingkungan, mempengaruhi komposisi spesies tumbuhan dan hewan. Kutu, yang bergantung pada berbagai mamalia dan burung sebagai inangnya, juga tidak kebal terhadap perubahan ini. Saat hewan inang ini memasuki wilayah baru, mereka secara tidak sengaja membawa kutu bersama mereka.

Konsekuensi dari migrasi ini adalah perluasan populasi kutu ke wilayah yang belum pernah dipetakan sebelumnya, terutama karena perubahan yang disebabkan oleh iklim. Hal ini, pada gilirannya, berkontribusi pada peningkatan kasus penyakit yang ditularkan melalui kutu di berbagai negara Eropa. Hubungan rumit antara iklim dan vektor penyakit kecil ini menggarisbawahi dampak luas perubahan iklim terhadap kesehatan masyarakat.

 

REFERENSI

Arango, R.A., F. Green, G. R. Esenther, D. A. Marschalek, M. E. Berres, and K. F. Raffa. 2014. Mechanisms of Termite Spread in Wisconsin and Potential Consequences as a Result of Changing Climate Trends. Proceedings of the 109th American Wood Protection Association, April 28 – May 1, 2013, Honolulu, Hawaii: 109: 111-114.

Ayres, M.P. and M. J. Lombardero. 2000. Assessing the consequences of global change for forest disturbance from herbivores and pathogens. Science of the Total Environment 262: 263–286.

Cabrera, B. J. and M. K. Rust. 1994. The effect of temperature and relative humidity on the survival and wood consumption of the Western drywood termite, Incisitermes minor (Isoptera: Kalotermitidae). Sociobiology 24(2): 95-113.

Comont, R. 2016. Climate change effects on urban pest insects. In Dhang P., ed, Climate change impacts on urban pests, CAB International, Wallingford, U.K. 1-14 pp

Crozier, L. 2004. Warmer winters drive butterfly range expansions by increasing survivorship. Ecology 85: 231–241.

Gliniewicz A, G. Karbowiak, E. Mikulak, M. Supergan-Marwicz, A. Królasik, and J. My?lewicz. 2016. Impact of climate change on medically important ticks in europe and their control. In Dhang P., ed, Climate change impacts on urban pests, CAB International, Wallingford, UK pp 111-126.

Gotzek, D., S. G. Brady, R. J. Kallal, and J. S. LaPolla. 2012. The importance of using multiple approaches for identifying emerging invasive species: The case of the Rasberry crazy ant in the United States. PLoS ONE : 7, e45314.doi:10.1371/journal.pone.0045314.

Goulson, D., L. C. Derwent, M. E. Hanley, D. W. Dunn, and S. R. Abolins, 2005. Predicting calyptrate fly populations from the weather, and probable consequences of climate change. Journal of Applied Ecology 42: 795–804.

Grace, J.K. 2006. When invasive meet: Coptotermes formosanus and Coptotermes vastator in the Pacific. In: Proceedings of the 2006 National Conference on Urban Entomology. RaleighDurham, North Carolina, 92-94.

Haagsma, K. A. and M. K. Rust. 1995. Colony size estimates, foraging trends, and physiological characteristics of western termite (Isoptera: Rhino.). Environmental Entomology 24: 1520– 1528.

Hickling, R., D. B. Roy, J. K. Hill, and C. D. Thomas. 2005. A northward shift of range margins in British Odonata. Global Change Biology 11: 502–506.

Jenkins, T.M., R. E. Dean, and B. T. Forschler, 2002. DNA technology, interstate commerce, and the likely origin of Formosan subterranean termite (Isoptera: Rhinotermitidae) infestations in Atlanta, Georgia. Journal of Economic Entomology 95: 381-389.

Karban, R. and S. Y. Strauss. 2004. Physiological tolerance, climate change, and a northward range shift in the spittlebug, Philaenus spumarius. Ecological Entomology 29: 251–254.

Mesenger, M.T. and N. Y. Su. 2005. Colony characteristics and seasonal activity of Formosan subterranean termite (Isoptera: Rhinotermidae) in Louis Armstrong Park, New Orleans, Louisiana. Journal of Entomological Science 40: 268–279.

Moura, F.M., S. A. Vasconcellos, V.F.P. Araujo, and A. G. Bandiera. 2006. Seasonality in foraging behavior of Constrictotermes cyphergaster (Termitidae, Nasutitermitinae) in the Caatinga of Northeastern Brazil. Sociobiology 53: 453–479.

Parmesan, C. and G. Yohe. 2003. A globally coherent fingerprint of climate change impacts across natural systems. Nature 421: 37–42

Quarles, W. 2007. Global Warming Means More Pests. The IPM Practitioner Volume XXIX, Number 9/10, September/October. Available at http://www.birc.org/SepOct2007.pdf.

Roura-Pascual, N., C. Hui, T. Ikeda, G. Leday, D. M. Richardson, S. Carpintero, X. Espadaler, C. Gómez, B. Guénard, S. Hartley, P. Krushelnycky, P. J. Lester, M. A. McGeoch, S.B. Menke, J.S. Pedersen, J. P. W. Pitt, J. Reyer, N.J. Sanders, A.V. Suarez, Y. Touyama, D. Ward, P. S. Ward, S. P. and Worner. 2011. Relative roles of climatic suitability and anthropogenic influence in determining the pattern of spread in a global invader. Proceedings of the National Academy of Sciences 108: 220-225.

Roy, H., B. Beckmann, R. Comont, R. Hails, R. Harrington, J. Medlock, B. Purse, and C. Shortall C. 2009. Nuisance insects and climate change. Available at http://nora.nerc. ac.uk/8332/ (Accessed 15th September 2015).

Saul Lozano-Fuentes, S., M. H. Hayden, C. Welsh-Rodriguez, C. Ochoa-Martinez, B. TapiaSantos, K. C. Kobylinski, C. K. Uejio, E. Zielinski-Gutierrez, L. D. Monache, A. J. Monaghan, D. F. Steinhoff, and L. Eisen. 2012. The Dengue Virus Mosquito Vector Aedes aegypti at High Elevation in México. Available at http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/ PMC3516267/

Scaduto, D.A., S. R. Garner, E. L. Leach, and G. J. Thompson. 2012. Genetic evidence for multiple invasions of the eastern subterranean termite into Canada. Environmental Entomology 41:1680-1686.

Sims, S.R. and A. G. Appel. 2013. What Does Climate Change Mean for Pests and PMPs. http:// www.pctonline.com/article/pct0413-mosquitoes-increase-climate-change. (Accessed 15th September 2016).

Solecki, W. D., C. Rosenzweig, L. Parshall, G. Pope, M. Clark, J. Cox, and M. Wiencke. 2005. Mitigation of the heat island effect in urban New Jersey. Global Environmental Change Part B. Environmental Hazards 6: 39–49.

Thomas, M.B. and S. Blanford. 2003. Thermal biology in insect-parasite interactions. Trends in Ecology and Evolution 18: 344–350. US EPA. 2010. Public Health Consequences and Cost of Climate Change Impacts on Indoor Environments, http://sustainablecities.org.nz/wp-content/uploads/US-EPA-Public-HealthReport. pdf

Wood, T. G. and R. A. Johnson. 1986. The biology, physiology and ecology of termites. In ed. Vinson, S. B., Economic Impact and Control of Social Insects. Praeger, New York, 1–68 pp

Kenapa harus kami? Karena kami di dukung oleh para tenaga ahli yang menguasai permasalahan hama di perkotaan (Urban Pest) dan pertanian yang banyak memiliki pengalaman penelitian skala nasional dan internasional dan juga banyak pengalaman praktis dan banyak memberikan berbagai pelatihan, seminar dan konsultansi.

Tanya sekarang +081313538831