(Journal Review) Hatching Response Of Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) Eggs At Low Temperatures: Effects Of Hatching Media And Storage Conditions
Rabu, 13 September 2023
Pendahuluan
Aedes aegypti merupakan salah satu spesies nyamuk yang berasal dari daerah tropis dan mempunyai penyebaran di seluruh dunia, mulai dari daerah tropis hingga daerah beriklim sedang. Dinamika populasi spesies ini di wilayah tersebut dipengaruhi oleh suhu dan kelimpahan yang tinggi dicapai selama bulan-bulan hangat. Faktor penetasan telur seperti suhu perendaman, media penetasan, dan kondisi fisiologis telur dapat menentukan respon penetasan telur Ae. aegypti. Belum ada informasi mengenai variasi dinamika temporal penetasan dalam kaitannya dengan kondisi lingkungan sebelum dan selama perendaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur respon penetasan telur Ae. aegypti sebelumnya disimpan selama 3 bulan untuk mensimulasikan kondisi pasca musim dingin di daerah beriklim sedang.
Metodologi
Pengumpulan Sampel Telur dari Nyamuk Aedes aegypti
Ovitrap terdiri dari wadah yang sebagian diisi dengan air keran dan substrat oviposisi (paddle stick kayu berukuran 9,5 x 1,8 cm) yang dipasang pada dinding bagian dalam posisi vertikal dengan klip. Dua batch telur dikumpulkan. Gelombang pertama dikumpulkan selama enam minggu berturut-turut dari pertengahan musim panas hingga awal musim gugur (dari minggu ketiga bulan Februari hingga akhir Maret 2011). Gelombang kedua dikumpulkan pada pertengahan musim gugur (Mei 2011). Ovitrap direkondisi setiap minggu dan air serta paddle stick diganti di tempatnya. Paddle stick yang diperoleh kembali dengan telur yang menempel disimpan selama 3 bulan di laboratorium, dalam wadah tertutup dalam kondisi terkendali.
Prosedur Pengamatan
Pada akhir masa penyimpanan (3 bulan), paddle stick diperiksa di bawah mikroskop stereoskopis, telur utuh dihitung dan telur yang roboh atau menetas dikeluarkan. Setiap batch kemudian dikenakan perlakuan berikut:
- Gelombang pertama: total 90 paddle stick, masing-masing berisi rata-rata 34,3 (18-110) telur direndam dalam satu dari lima suhu konstan (12, 14, 16, 18, dan 20°C) dan satu dari dua media penetasan (rangsangan lemah dan kuat). Media penetasan yang mewakili stimulus lemah terdiri dari air yang disaring secara osmosis balik, sedangkan yang mewakili stimulus kuat terdiri dari larutan ragi 0,25 g/liter dalam air mineral. Paddle stick dikelompokkan menjadi tiga kategori menurut periode oviposisi (pertengahan musim panas, akhir musim panas, dan awal musim gugur, masing-masing sesuai dengan 2 minggu pengambilan sampel) dan secara acak diberikan perlakuan. Dengan demikian, sembilan paddle stick yang berisi total 300 butir telur digunakan untuk setiap kombinasi suhu dan media penetasan.
- Gelombang kedua: 23 paddle stick, masing-masing berisi rata-rata 18,8 (8-34) telur direndam dalam tabung penetasan pada salah satu dari tiga suhu konstan (12, 14, 16°C) dengan stimulus penetasan yang lemah (air). Paddle stick secara acak ditugaskan untuk perlakuan dan 7-8 stick berisi 140 butir telur digunakan untuk setiap suhu.
Sebelum menerapkan stimulus penetasan, masing-masing tongkat dayung diaklimatisasi selama 60 jam dalam wadah individu dalam kondisi kering, pada suhu yang sama dengan saat telur direndam. Setelah itu, masing-masing paddle stick dipindahkan ke tabung penetasan yang direndam dalam penangas air panas dengan suhu yang sesuai. Tabung penetasan terdiri dari wadah plastik (tabung Falcon 50 ml) yang diisi dengan 40 ml media penetasan. Untuk menilai dinamika temporal dari respons penetasan, setiap paddle stick dipindahkan ke tabung penetasan baru, yang dikondisikan serupa dengan yang asli, 6 jam setelah perendaman pertama dan setiap 24 jam selama delapan hari berturut-turut. Pada setiap kesempatan, isi setiap tabung yang diperoleh diamati di bawah mikroskop stereoskopis dan dihitung jumlah larva yang hidup dan mati, kemudian semua larva dibuang. Setelah 8 hari perendaman, batang dayung dikeringkan dan diperiksa di bawah mikroskop stereoskopis, dan telur yang menetas, utuh, dan mati (runtuh dan setengah roboh) dihitung.
Hasil dan Pembahasan
Pengaruh Suhu Perendaman dan Media Penetasan
Secara umum, respons penetasan lebih rendah pada suhu yang lebih rendah dalam air yang disaring dan di dalam telur yang lebih tua (pertengahan musim panas), meskipun variabilitas yang tinggi diamati di antara tongkat dayung dalam perlakuan yang sama. Prem yang lebih besar pada telur yang direndam pada suhu 12°C dibandingkan pada telur yang direndam pada suhu lebih tinggi. Prem juga secara signifikan lebih tinggi dalam air dibandingkan dalam larutan ragi dan untuk telur yang dikumpulkan pada pertengahan dan akhir musim panas dibandingkan yang dikumpulkan pada awal musim gugur. Proporsi larva yang mati (Pdead) sangat dipengaruhi oleh media penetasan, dengan tingkat kematian yang lebih tinggi dalam larutan ragi (0,27) dibandingkan dalam air (0,11), namun tidak dipengaruhi oleh suhu atau interaksi.
Hdelay lebih lama dalam air dibandingkan dalam larutan ragi. Pada suhu terakhir, >80% telur menetas dalam 6 jam pertama pada semua suhu kecuali 12°C, dimana >80% telur menetas setelah 24 jam pertama. Sebaliknya, di dalam air, >80% telur menetas setelah 2 hari perendaman, kecuali pada suhu 12°C, dimana persentase ini dicapai pada hari keempat perendaman.
Pengaruh Suhu Perendaman dan kondisi Penyimpanan Sebelumnya
Phatch lebih tinggi untuk telur kelompok pertama (diletakkan pada musim hangat dan disimpan di laboratorium pada suhu hangat) dibandingkan telur kelompok kedua (diletakkan pada akhir musim gugur dan disimpan dalam kondisi alami musim dingin). Prem secara signifikan lebih tinggi pada 12°C. Pdead secara signifikan dipengaruhi oleh kondisi penyimpanan, lebih tinggi pada telur batch pertama yang disimpan di laboratorium (0,15) dibandingkan telur batch kedua yang disimpan dalam kondisi alami (0,03), namun tidak dipengaruhi oleh suhu .
Kecenderungan terjadinya keterlambatan penetasan terlihat pada suhu 12°C pada telur yang disimpan dalam kondisi alami dibandingkan dengan telur yang disimpan di laboratorium.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil, respon penetasan lebih rendah pada suhu yang lebih rendah di air yang disaring dan di dalam telur yang lebih tua (pertengahan musim panas).
REFERENSI
Byttebier, B., Majo, M.S.D., & S, Fischer. (2014). Hatching Response of Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) Eggs at Low Temperatures: Effects of Hatching Media and Storage Conditions. Journal of Medical Entomology, 51(1): 97-103. http://dx.doi.org/10.1603/ME13066.